SEPOTONG HATI YANG HILANG
Tidaaaaaakkkk …………!!!!
Sarah tersentak. Ia yang sedang asik membaca majalah remaja di ruang tengah segera menghambur ke kamar adiknya.
“Sandra buka pintunya!“ teriak Sarah.
Tak ada sautan.
“Sandra, ada apa? Buka sebentar pintunya!“ Sarah lalu memutar - mutar hendel pintu yang terkunci rapat dari dalam.
“Ngak apa-apa, Kak. Sandra baik - baik saja, kok,“ terdengar teriakan Sandra dari dalam kamar.
“Kamu, bikin kaget saja tau“ Sarah segera beranjak dari situ. Ia melanjutkan kembali bacaannya yang sempat terhenti.
Dan belum begitu lama, suara musik keras dari tape di kamar adiknya kembali mengusik.
Sarah hanya bisa geleng - geleng kepala . Ia menghampiri kamar adiknya.
“Kamu kenapa sih, San?“ teriaknya sambil menggedor pintu.
“Sandraa…“ teriaknya lagi lebih keras.
Kali ini gedoran pintu kamar adiknya itu semakin cepat dan keras.
Volume suara musik itupun semakin mengecil.
“Sorry,” Sandra berteriak dari dalam kamarnya. Namun masih belum keluar juga.
“Awas kalo kamu bikin ribut lagi“ Mentang - mentang mama ama papa nggak ada kamu jangan semaunya sendiri, Ya“ teriak Sarah
Namun Tak ada sahutan
Hehh… Sarah mendesah.
Kali ini ia tak meneruskan bacaannya di ruang tengah. Ia pun masuk kamarnya. Biar tak terganggu ulah adiknya .
Huaaahhhh !!!!! Sarah menguap.
Badannya digerakkan. Rupanya ia cukup lama tertidur. Kira - kira hampir 3 jam. Lumayan puas.
Sarah keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju dapur ketika mendengar suara orang memasak. Pasti Bik Sumi. Tebaknya
Belum sampai menginjak ambang pintu dapur, Sarah dikejutkan suara isak tangis dari kamar adiknya.
“Hei , siapa yang menangis ?” lalu Sarah memutar tubuhnya.
Ia berjalan dengan cepat menghampiri kamar adiknya.
“Kamu jahat! Kamu binatang!”
“Nggak punya perasaan. Nggak berperikemanusiaan!“
Sarah terkesiap. Ia mendengar jelas makian Sandra dan suara sobekan kertas. Lekas diketuknya pintu itu.
”Ada apa Sandra? Buka dulu pintu ini.“ teriak Sarah. Ia sangat cemas. Semenjak pulang sekolah tadi, kelakuan adiknya jadi kurang beres.
Pintu kamarpun tiba-tiba terkuak.
Sarah terkejut ternyata ia mendapati wajah adiknya kusut. Seragam sekolahnya lecek. Anak itu belum ganti baju juga. Dan Sarah makin dibuat kaget ketika isi kamar adiknya itu berantakan.
”Kamu kenapa, San” Ia mencoba bertanya baik - baik. Sambil dipungutinya satu per satu sobekan kertas surat dan foto - foto itu yang ada di lantai tadi.
“Kamu marahan ya sama Mas Dion?“ Tebak Sarah .
Ia menduga adiknya sedang ribut sama Dion, teman satu kampusnya.
Sandra memang naksir berat pada Dion. Waktu cowok itu diajak ke rumah oleh Sarah bareng ketiga temannya untuk mengerjakan tugas penulisan ilmiah. Dan untung saja Dion menyambut uluran kasih adiknya itu.
Jadi deh mereka pacaran. Dan Sarah sendiri menyetujui adiknya pacaran dengan Dion. Ia sudah tau siapa Dion .
Dion sangat menyayangi adiknya yang memang cantik dan manis itu. Apalagi kakaknya, Sarah, WOW TOP BANGET DECH …Batin Sarah,
Eh, Kok jadi ngaco sih .
“Kenapa San, kamu kok belum jawab pertanyaan kakak tadi ?”
Sandra tak bergeming . Ia menghempaskan pantatnya di atas tempat tidur yang empuk.
Kamu berantem sama Dion, ya ?
Sandra tampak masih diam . Gadis itu tampak sedih sekali.
“Kalau dalam pacaran ada pertengkaran, itu wajar aja oq, San. Untuk menyatukan 2 latar belakang yang berbeda kan nggak cukup waktu sebentar aja,” ujar Sarah, menghibur adiknya.
Sandra terisak.
“ Lho kok malah menangis to ?“ Sarah jadi heran.
Sandra menyerahkan selembar kertas yang lecek dan sebagian pinggirannya yang sobek. Sandra kemudian menyatukan kembali potongan sobekan kertas yang menyerupai undangan itu.
Sarah menautkan alisnya . Ia tidak begitu jelas membaca tulisan itu. Namun setelah cukup lama diamatinya tulisan itu. Sarah mulai jelas membaca. Dan tak lama kemudian kedua matanya terbelalak.
Dalam tuilisan itu, Sarah dapat membaca jelas acara pertunangan antara Dion dengan Irma .
Sarah segera memandang Sandra.
“Sandra menerima undangan itu dari Adi teman Sandra yang rumahnya dekat mas Dion,“ ujar Sandra, memberikan penjelasan tanpa Sarah minta .
“Kapan ?“ Sarah mendelik.
“ Tadi pas mau pulang sekolah. Sandra sendiri nggak tau kenapa Adi ngasihnya pas jam pulang sekolah. Katanya sih disuruh ama Mas Dion. Ternyata ……………” Sandra makin terisak.
Sarah menenangkan adiknya.
Ia segera beranjak menghampiri meja telepon.
Lalu diangakatnya horn telepon. 7 angka yang dihafalnya di luar kepala segera dipijit.
“Dionnya ada ?“ tanyanya, tanpa basa basi lagi.
“Dengan saya sendiri. Siapa, ya ?“
“Kamu gak usah banyak nanya , Yon. Aku tunggu kedatanganmu sore ini juga.”
“Klik “ sambungan langsung terputus. Sarah langsung menyudahi bicaranya begitu memberi ultimatum pada cowok itu .
“Dion Biadab! Dia anggap apa aku ini sampai beraninya memperlakukan adiknya sampai seperti ini?”
Setengah jam pun akhirnya berlalu .
Bunyi bel pintu terdengar. Sarah segera beranjak membuka pintu.
“Maafkan aku, Sar. Aku sudah mengerti maksudmu menyuruhku untuk datang kemari.“
Sarah tersenyum sinis. “Tau diri juga kamu Yon. masuk saja. Aku ingin kamu menjelaskan maksud kamu atas semua ini.”
“Disini saja ,Sar. Aku ingin cuma kita berdua saja yang tau masalah ini. Kupikir lebih baik adikmu tak perlu tau soal hal ini.“
“Hei, kenapa harus begitu? Apa bukan sebaliknya? Ini menyangkut kamu dengan Sandra. Bukan aku. Lalu kenapa adikku tak boleh tau?“
“Makannya, dengar dulu ! Kamu nggak usah emosi dulu ,Sarah. Kita bukan anak kecil lagi kan. Kenapa kamu masih suka lepas kendali, sih ? Kuminta dengarkan dulu penjelaskanku. Baru setelah itu kamu beri komentar.“
Sarah menghela nafas. “ Oke, kita duduk diteras saja.“
Dion mengikuti Sarah. Ia duduk di hadapan cewek itu.
“Sebelumnya aku minta maaf sama kamu, Sar. Mungkin di matamu aku salah. Tapi ini sudah menjadi keputusanku“ ujar Dion.
“Nggak usah berbelit belit, Yon. Gimana kalo langsung pada inti masalah yang aku tanyakan,“ sela Sarah.
“Okey, aku ngerti perasaan kamu sebagai seorang kakak aku salut pada perhatianmu terhadap Sandra,“ Dion mengeser bangku duduknya ke dekat Sarah.
“Adikmu pasti belum bercerita kalau aku dan dia sudah putus 3 bulan yang lalu. Tadinya aku mau mengatakan hal ini padamu. Tapi Sandra mencegahku.
Dia bilang kamu nggak perlu tau. Padahal bagiku ini perlu lho, Sar. Aku nggak mau ada yang disembunyikan dihadapanmu. Tapi akhirnya aku menuruti kemauan dia. Aku putus baik - baik dengan dia. Karena kupikir untuk apalagi mempertahankan hubungan yang sudah tidak bisa ditolerir lagi. Sandra terlalu kekanakan. Aku sadar kalau aku pacaran dengan gadis yang berumur 17 tahun karena dari semula aku menerima keadaannya seperti itu. Aku nggak pernah bermaksud untuk mempermainkan dia. Daripada aku melakukan hal itu, toh lebih baik kita jalan masing - masing. Dan dia menerima itu.”
“Aku nggak tahu semua itu, Yon. Lau dikaitkan dengan Irma, nama cewek tunangannmu itu ?“
“Aku mengenal dia sebelum Sandra. Kami cuma teman waktu itu. Kebetulan dia masih teman akrabku sewaktu masih di SMA.“
“Aku nggak nanya kamu kenal Irma di mana. Tapi aku nggak mau terima kalau kamu mempermainkan adikku. Hem, atau jangan - jangan kamu sempat selingkuh ama Irma ketika kamu masih jadi pacar adikku , iya kan.“
“Demi Tuhan, jangan menuduhku seperti itu, Sar . Aku nggak pernah merasa melakukan itu. Kenapa kamu menuduhku? Apa kamu baru kenal aku sehari aja, Aar ? Tidak. Aku nggak pernah punya pikiran seperti itu. Aku menyayangi Sandra seperti kamu menyayangi dia.“
“ Okey, aku bisa menerima alasanmu. Tapi aku nggak habis pikir. Kenapa kamu bisa secepat ini bertunangan dengan cewek lain sementara kamu baru putus dari adikku? Apa memang kamu sudah lama pacaran dengan dia ? “
Dino menundukkan kepala. Tiba-tiba saja rasa sesak menyumbati rongga dadanya.
”Aku pacaran dengan Irma belum lama baru sebulan. Dan aku tak mau menuggu lebih lama untuk menikahinya. Makannya akan aku bertunangan Minggu depan. Aku sendiri merasa bahagia bersanding dengan dia meski dia lumpuh.“
“ Lumpuh ? “ sarah menautkan kedua alisnya.
“ YA . Ia kecelakaan waktu naik pesawat terbang ketika ia dan keluarganya akan menjenguk familinya yang ada di Belanda. Kedua orang tuanya meninggal seketika. Mungkin ia satu - satunya penumpang yang beruntung cuma kehilangan satu kaki kanannya. Karena penumpang yang lain kondisinya lebih parah dari itu. Aku nggak ingin dia kecewa dalam hidupnya. Aku ingin membuatnya bahagia. Tapi bukan berarti aku mengorbankan Sandra untuk membahagiakan Irma. Aku sama – sama menyayangi mereka.“
Sarah masih bingung.
“ Kenapa kamu bisa milih dia,Yon?“ Tanyanya, hati – hati.
“ Gadis lumpuh maksudmu? “ Dion menegaskan. Ia tersenyum.
“Aku memilih Irma karena aku memang mencintainya. Walaupun sebelumnya aku lebih dulu tahu perasaan dia ketika membaca diarynya dirumah sakit. Diary itu dia suruh bawa lewat pembantu rumahnya. Ketika dia terlelap, aku lancang membaca isi diarynya. Kamu tahu ,Sar. Aku terkejut ketika namaku memenuhi halaman pertama hingga akhir dalam diarynya. Dia sangat begitu mencintaiku. Dan tanpa harus kuragukan lagi, saat itu pun aku ingin memberi cahaya bagi hidupnya. Tapi aku bahagia. Dia mengijinkan aku bersanding hidup bersamanya, “ Dion tesenyum bahagia.
Tapi dari sudut matanya, jelas tersirat rasa sedih.
“Aku menganggap Sandra seperti adikku sendiri,Sar,“ tambahnya.
Sarah mengangguk pelan. Ia mulai mengerti ucapan Dion. Baginya penjelasan cowok itu merupakan suatu kisah berarti yang memberi kesan dalam pengalaman hidupnya. Dion adalah Dion yang ia kenal sebelumnya. Cowok itu tidak mempunyai perangai yang buruk.
“ Aku ngak tau kalau Sandra hancur menerima semua kenyataan ini. Tapi sungguh aku nggak pernah ada niat untuk menyakiti hatinya, Sar. Harus aku tegaskan berulang kali lagi pada gadis itu bahwa antara aku dengan dia cuma hubungan antara kakak dan adik saja. Tapi aku minta maaf, Sar. Bagaimanapun juga aku telah mengecewakanmu. Terlebih lagi Sandra. Aku minta kamu menjelaskan ini kepadanya.”
“ Sudahlah, Yon. Aku akan meyelesaikan masalah ini. Biar saja aku yang berbicara dengan Sandra. Tapi ngomong – ngomong, kenapa yang kau undang di acara pertunanganmu cuma adikku saja? kok Aku nggak?“
“Tadinya aku mau kesini besok. Eh, kamu udah marah - marah duluan tadi di telepon suruh aku datang kemari.“
“Sorry aku kan ngak tahu soal itu. Okey selamat, yach“ Sarah menjabat erat tangan Dion.
“Thanks Sar. Kamu memang sahabatku yang paling baik. Kamu selalu bisa mengerti aku. Aku nggak akan pernah melupakan kamu.“
Sarah tersenyum haru.
Sementara tak jauh dari tempat mereka berdua duduk, sepasang mata yang sejak tadi mengamati mereka berbincang di teras, mulai beranjak menjauh.
“ Saya sudah mengerti semuanya. Maafkan saya. Saya cuma bisa mengucapkan selamat bahagia.“ ucap gadis itu dengan suara yang lirih.
Ia merasa tak perlu lagi penjelasan karena semuanya sudah jelas.
Ia sudah mendengar percakapan kakanya dengan Dion sejak tadi.
Dan sepotong hatinya mulai bisa menerima walau ada rasa yang hilang di sepotong hati yang lain.
Kamis, 11 Maret 2010
Sepotong hati yang hilang
Diposting oleh Hidden Leaf di 19.48
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar